MINAHASA – Universitas Negeri Manado (Unima) kembali menunjukkan komitmennya sebagai perguruan tinggi yang aktif memberi dampak nyata bagi masyarakat melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).
Kali ini, tim dosen dari Program Studi (Prodi) Arsitektur Fakultas Teknik (FT) Unima yang dipimpin Dr. Felly Ferol Warouw, SH., ST., M.Eng., M.Pd., menggelar kegiatan PKM bertajuk “Pengelolaan Bank Sampah di Komunitas Citraland Minahasa”, yang dilaksanakan sejak Februari hingga Juli 2025 di Desa Winangun I, Minahasa.
Kegiatan PKM ini menggandeng masyarakat setempat, para pegiat lingkungan, serta pengurus Bank Sampah sebagai mitra utama. Tim juga diperkuat Marlon Kamagi, M.Si., selaku anggota, beserta tenaga penunjang yang membantu pengambilan dan pengolahan data di lapangan. Unima sendiri bertindak sebagai pengawas keseluruhan proses, memastikan seluruh tahapan berjalan sesuai standar akademik.
Ketua Tim PKM, Dr. Felly Ferol Warouw, menegaskan bahwa pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan hanya dapat berjalan apabila didukung partisipasi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah.
“Program pengelolaan lingkungan kota berwawasan lingkungan akan terlaksana dengan baik jika ditunjang partisipasi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah daerah. Kerja sama antara pemda, masyarakat, dan instansi terkait, termasuk perguruan tinggi, harus dibina dan berkesinambungan,” ujarnya, Jumat (14/11/2025).
Ia menambahkan, menjaga kebersihan lingkungan bukan semata tugas pemerintah, melainkan tanggung jawab bersama. Hal ini sejalan dengan Perda No. 4 Tahun 2000, yang menyebutkan bahwa sampah merupakan penyebab utama tidak terciptanya lingkungan bersih dan sehat. Karena itu, penanggulangan sampah harus dilakukan secara sadar, terpadu, dan terarah di semua lapisan masyarakat.
Salah satu lokasi yang menjadi fokus perhatian kegiatan ini adalah Perumahan Citraland, Desa Winangun I, Minahasa. Kawasan pemukiman yang sedang berkembang ini dihuni warga dari beragam latar belakang profesi, namun sebagian besar adalah ibu rumah tangga.
Menurut Dr. Ferol, masih banyak waktu luang warga yang belum dimanfaatkan secara produktif.
“Warga masih sering menghabiskan waktu untuk sekadar berkumpul, tanpa menyadari bahwa waktu luang itu bisa digunakan untuk meningkatkan pengetahuan, kreativitas, bahkan membuka peluang usaha,” jelasnya.
Salah satu persoalan utama yang dihadapi wilayah tersebut adalah tingginya produksi sampah, terutama sampah plastik. Kebiasaan konsumerisme membuat sampah terus menumpuk, sementara plastik merupakan bahan yang sulit terurai dan sangat berpotensi mencemari lingkungan.
Dalam penjelasannya, Dr. Ferol menerangkan bahwa kreativitas dalam memanfaatkan sampah plastik menjadi kerajinan tangan dapat menjadi solusi konkret untuk mengurangi pencemaran sekaligus meningkatkan ekonomi keluarga.
“Sampah plastik bisa diubah menjadi produk kreatif yang bernilai jual, seperti tudung saji, tas belanja, bunga plastik, dompet, hiasan kamar, hingga lampu hias. Ini bukan hanya melatih kreativitas, tetapi juga membuka peluang usaha,” katanya.

Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini bertujuan memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada masyarakat agar mampu memanfaatkan waktu luang secara produktif melalui pembuatan kerajinan dari sampah plastik.
Adapun manfaat kegiatan ini meliputi:
• Meningkatkan pengetahuan warga tentang pemanfaatan waktu luang secara kreatif.
• Membekali keterampilan membuat kerajinan tangan berbahan sampah plastik.
• Mendorong terciptanya lingkungan bersih dan sehat.
• Memberikan peluang tambahan pendapatan bagi keluarga melalui penjualan produk kerajinan.
Sementara itu, anggota tim, Marlon Kamagi, M.Si., mengungkapkan hasil observasi yang dilakukan di sejumlah titik di Kota Manado menunjukkan bahwa penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) terjadi karena minimnya pengetahuan masyarakat dalam mengelola sampah.
“Kurangnya kemampuan warga dalam mengolah sampah membuat banyak bank sampah tidak berjalan optimal. Padahal, Bank Sampah merupakan lembaga lokal yang sangat potensial untuk menangani persoalan sampah,” jelasnya.
Untuk itu, tim PKM menyusun langkah penanganan sampah berbasis lembaga lokal melalui tahapan:
1. Sosialisasi Program
Dilakukan melalui pengurus Bank Sampah di beberapa kelurahan di Kota Manado. Sosialisasi ini bertujuan agar seluruh pengurus memahami manfaat dan mekanisme program sehingga mampu meneruskannya kepada masyarakat.
2. Pelatihan Teknis Pengelolaan Sampah Keluarga
Pelatihan diberikan kepada perwakilan pengelola Bank Sampah mengenai teknik pengolahan sampah, seperti:
• Cara mengisi tong kompos,
• Jenis sampah yang dapat didaur ulang,
• Waktu penyimpanan,
• Pengelolaan sampah organik dan anorganik.
Para perwakilan ini kemudian menjadi pelatih bagi warga di masing-masing wilayah.
3. Pemantauan dan Pendampingan
Pendampingan dilakukan secara berkelanjutan hingga masyarakat dapat menjalankan program secara mandiri.
“Pemantauan dilakukan oleh anggota kelompok bersama pengurus Bank Sampah untuk memastikan program berjalan dan masyarakat benar-benar memahami teknis pengelolaan sampah,” ujar Marlon.
Melalui program ini, Unima kembali membuktikan perannya sebagai perguruan tinggi yang tidak hanya fokus pada pendidikan, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi masyarakat dan lingkungan.
Hasil PKM ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah berbasis komunitas yang dapat diterapkan di berbagai daerah, sekaligus menjadi gerakan bersama untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan.
(Abner)
