MINAHASA — Menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata, Universitas Negeri Manado (UNIMA) melalui Jurusan Fisika Fakultas Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, dan Kebumian (FMIPAK) menginisiasi program pemberdayaan petani dengan memperkenalkan sistem irigasi tetes berbasis konsep fluida sebagai solusi atas keterbatasan air di lahan pertanian.
Program yang dikemas dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) ini mengusung tema: “Pemberdayaan Kelompok Tani ‘Pa Wali Walian’ melalui Implementasi Sistem Irigasi Tetes Berbasis Konsep Fluida dalam Mendukung Peningkatan Ketahanan Pangan”.
Kegiatan ini berlangsung pada 1 hingga 2 Agustus 2025 di dua lokasi, yakni Kedai Sedap Malam untuk sesi indoor dan Kebun Kembuan di Tondano untuk sesi lapangan.
Didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, program ini melibatkan 25 peserta dari kalangan petani, dosen, mahasiswa, dan masyarakat sekitar.
Kegiatan dilaksanakan melalui skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat, dengan pelibatan aktif Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNIMA.
Ketua tim PKM Tani “Pa Wali Walian”, Hamsah Banteng, menyambut baik inisiatif ini. “Kami sangat terbantu. Cuaca sekarang panas luar biasa, air terbatas, tapi lewat pelatihan ini kami diajarkan bagaimana menyiram tanaman dengan efisien. Irigasi tetes ini sangat sederhana, tapi manfaatnya besar sekali,” ungkapnya, Sabtu (3/8/2025).
Teknologi yang diperkenalkan menggunakan prinsip dasar fisika fluida, seperti tekanan dan aliran, yang disampaikan secara aplikatif oleh tim dosen pengusul. Peserta juga mendapat pemahaman praktis tentang bagaimana memanfaatkan sistem irigasi tetes untuk menunjang pertanian berkelanjutan.
Dua Hari Kegiatan, Dua Pendekatan Strategis
Hari pertama difokuskan pada sesi teori dan diskusi kelompok (Focus Group Discussion/FGD) yang membahas tantangan pertanian masa kini dan pentingnya adaptasi teknologi. Kegiatan ini dilengkapi dengan pre-test dan penyampaian materi pelatihan.
Hari kedua, peserta diajak langsung ke lahan mitra untuk melakukan penanaman bibit cabai, pemasangan alat irigasi tetes, serta simulasi pengairan. Sesi ini ditutup dengan post-test dan refleksi bersama sebagai bentuk evaluasi dan umpan balik terhadap materi yang telah diberikan.
Tim dosen pengusul PKM terdiri dari Dr. Jeane Cornelda Rende, M.Si. (Ketua Tim), Dra. Theresje Mandang, M.Si., dan Kamaruddin, S.Si., M.Si., yang seluruhnya merupakan akademisi dari Jurusan Fisika FMIPAK UNIMA. Mereka menekankan pentingnya kontribusi perguruan tinggi sebagai mitra strategis masyarakat dalam menghadapi dampak perubahan iklim, melalui edukasi dan penerapan teknologi tepat guna.
“Irigasi tetes hanyalah simbol kecil dari perubahan besar. Ketika masyarakat memahami dasar ilmiahnya, mereka bisa menerapkan teknologi itu secara mandiri dan berkelanjutan,” ujar Dr. Rende.
Selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
PKM ini juga menunjukkan komitmen Jurusan Fisika FMIPAK UNIMA dalam mendukung beberapa poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), antara lain:
1. SDG 2: Tanpa Kelaparan (Zero Hunger)
Mendorong ketahanan pangan melalui teknologi pertanian berkelanjutan dan efisiensi pengelolaan air.
2. SDG 4: Pendidikan Berkualitas (Quality Education)
Memberikan pelatihan non-formal berbasis sains (fisika fluida) yang mudah diakses oleh masyarakat desa.
3. SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi Layak (Clean Water and Sanitation)
Mengedukasi petani dalam menggunakan air secara efisien dan bijak di tengah ancaman kekeringan.
4. SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim (Climate Action)
Mendorong respons adaptif terhadap krisis iklim melalui penerapan teknologi sederhana namun berdampak.
Melalui kegiatan ini, tim PKM Jurusan Fisika FMIPAK UNIMA kembali menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga turut hadir di tengah masyarakat—membawa ilmu, solusi, dan harapan di tengah tantangan zaman. (Abner)