MINAHASA – Organisasi Rembuk Pemuda Sulawesi Utara (Sulut) menilai mundurnya Rahayu Saraswati Djojohadikusumo dari kursi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI merupakan sebuah kerugian besar bagi generasi muda di Indonesia.
Penilaian ini disampaikan langsung oleh Koordinator Rembuk Pemuda Sulut, Ramma Tombuku, pada Minggu (14/9/2025) di Manado.
Ramma, yang juga mantan Ketua Umum Perhimpunan Mahasiswa Informatika dan Komputer Nasional (PERMIKOMNAS) RI, menyebut Saraswati sebagai sosok politisi yang berani menyuarakan isu-isu penting yang kerap terabaikan.
”Kak Saras adalah salah satu legislator yang konsisten berdiri di garis depan memperjuangkan kepentingan generasi muda. Suara kritis seperti beliau sangat dibutuhkan di parlemen, apalagi di tengah tantangan bangsa menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Ramma dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Ramma, Saraswati tak hanya fokus pada isu-isu kepemudaan, tetapi juga konsisten menyuarakan kesetaraan gender, perlindungan perempuan dan anak, serta peran strategis pemuda dalam pembangunan bangsa. Keberaniannya dalam mengkritik kebijakan dan membela kelompok marginal menjadi teladan bagi anak muda Sulut.
”Beliau lahir dari keluarga besar dengan latar belakang mapan, tapi justru memilih jalan aktivisme. Itu bukti nyata bahwa politik bisa dijalani dengan idealisme, bukan sekadar warisan atau privilege,” tambahnya.
Mundurnya Saraswati, kata Ramma, meninggalkan ruang kosong yang sulit tergantikan. “Jika beliau benar-benar mundur, maka hilanglah salah satu jembatan strategis antara suara anak muda dengan kebijakan nasional. Kehilangan ini bukan hanya bagi DPR, tetapi bagi seluruh pemuda Indonesia,” tegas Tombuku.
Rembuk Pemuda Sulut berharap Partai Gerindra dapat mempertimbangkan kembali pengunduran diri Saraswati. Di sisi lain, Ramma juga mengajak generasi muda untuk tidak apatis terhadap politik.
”Mundurnya Kak Saras harus jadi alarm bagi kita semua. Jangan biarkan ruang politik kosong dari suara anak muda. Justru saat seperti inilah kita harus lebih berani masuk dan mengambil peran,” katanya.
Ramma menekankan bahwa keterlibatan pemuda dalam politik dan advokasi publik merupakan sebuah keniscayaan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih adil dan inklusif.
”Kami percaya semangat Kak Saras tidak akan padam. Jejak perjuangannya akan tetap hidup dan menjadi motivasi bagi pemuda di seluruh Indonesia,” pungkas Tombuku. (Abner)
