MINAHASA UTARA – Universitas Negeri Manado (Unima) kembali menunjukkan komitmennya dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi, melalui kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Program yang berlangsung sejak Maret hingga Agustus 2024 ini mengusung tema “Pengolahan Microgreens sebagai Implementasi Program Makan Bergizi Gratis”, dengan lokasi di SMK Likupang.
Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. Patricia M. Silangen, SPd., M.Si., bersama dua anggota tim, yakni Dra. Fanny N. Nanlohy, MP. DHET., dan Dr. Verawati I.Y. Roring, S.Ik., M.Si., Program tersebut merupakan bagian dari skema kemitraan masyarakat yang digagas Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Unima, sebagai upaya mendukung visi-misi Rektor Unima, Dr. Joseph Kambey, SE., Ak., MBA., dalam mendorong pendidikan berkualitas sekaligus peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Ketua Tim PKM, Dr. Silangen, edukasi dan implementasi budidaya microgreens sangat penting dalam mendukung program pemerintah terkait Makan Bergizi Gratis. “Microgreens adalah salah satu sumber pangan alternatif yang mudah dibudidayakan, kaya nutrisi, dan sangat potensial diterapkan di lingkungan sekolah. Dengan microgreens, siswa dapat memperoleh asupan gizi tinggi dengan biaya rendah,” ujarnya.
Microgreens, atau sayuran mini yang dipanen dalam usia 10–14 hari, diketahui memiliki kandungan gizi hingga 11 kali lebih tinggi dibandingkan tanaman dewasa. Proses budidayanya pun relatif sederhana, tidak membutuhkan lahan luas, dan bisa dilakukan dengan memanfaatkan wadah bekas seperti botol plastik maupun kotak transparan.

“Budidaya microgreens menjadi langkah konkret agar sekolah mampu mengembangkan ketahanan pangan sekaligus menanamkan kebiasaan makan sehat kepada siswa sejak dini,” tambah Dr. Silangen.
Kecamatan Likupang Timur dipilih sebagai lokasi pengabdian karena dianggap strategis sekaligus menghadapi tantangan serius di bidang gizi anak sekolah. Sebagian besar siswa di daerah ini masih belum memperoleh asupan gizi seimbang setiap harinya, terutama mereka yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah. Kondisi tersebut berpotensi memengaruhi perkembangan fisik, daya konsentrasi, hingga prestasi akademik siswa.
Data FAO tahun 2022 mencatat, sekitar 45 juta anak di seluruh dunia masih mengalami malnutrisi, dan situasi itu berdampak panjang bagi kualitas pendidikan. Di Indonesia sendiri, meski wacana pendidikan gizi telah bergulir sejak 1950-an, praktik di lapangan masih bersifat parsial dan terbatas pada teori. Lingkungan sekolah pun belum sepenuhnya mendukung pola makan bergizi akibat keterbatasan fasilitas dan pengetahuan.

“Di sinilah pentingnya keterlibatan perguruan tinggi. Unima berkomitmen menghadirkan solusi nyata, tidak hanya berhenti pada riset, tetapi juga implementasi langsung bersama masyarakat,” jelas Dra. Fanny N. Nanlohy.
Tim PKM menemukan tiga persoalan utama yang menjadi fokus kegiatan, yaitu:
1. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan siswa serta guru dalam budidaya microgreens.
2. Belum adanya praktik langsung di sekolah dalam pemanfaatan microgreens untuk mendukung program makan bergizi.
3. Minimnya sinergi antara sekolah dengan institusi pendidikan tinggi dalam mewujudkan ketahanan pangan.
Kegiatan PKM ini kemudian dirancang untuk menjawab ketiga persoalan tersebut melalui edukasi, pendampingan praktik budidaya, hingga penerapan hasil panen microgreens ke dalam menu makanan sehat di sekolah.
Anggota tim PKM, Dr. Verawati I.Y. Roring, menguraikan tahapan budidaya microgreens yang diajarkan kepada para siswa dan guru. Mulai dari pemilihan wadah dan media tanam, penyemaian benih, perawatan kelembapan, hingga teknik panen yang higienis.
“Proses sederhana ini memungkinkan sekolah-sekolah untuk melaksanakan produksi pangan mandiri. Microgreens yang dipanen bisa langsung dikonsumsi atau diolah menjadi makanan sehat bagi siswa,” katanya.

Selain aspek teknis, tim PKM juga menekankan pentingnya membangun pola pikir gizi sehat pada siswa. Dengan melibatkan siswa secara langsung dalam proses budidaya, diharapkan mereka tidak hanya belajar teori gizi, tetapi juga menginternalisasikan kebiasaan makan bergizi dalam kehidupan sehari-hari.
Kegiatan PKM ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam membentuk generasi emas Indonesia 2045, di mana kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh fondasi gizi, pendidikan, dan kesehatan yang kuat.
“Melalui program ini, kami ingin membuktikan bahwa perguruan tinggi memiliki peran nyata dalam mendukung kebijakan pemerintah. Edukasi microgreens adalah langkah kecil, tetapi berdampak besar bagi ketahanan pangan sekolah dan masa depan anak-anak kita,” tutup Dr. Roring. (Abner)
