Bolaang Mongondow, 15 Oktober 2025 — Operasi gabungan penertiban aktivitas Pertambangan Tanpa Izin (PETI) di kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Onggak, Kabupaten Bolaang Mongondow, berakhir ricuh. Satu anggota Balai Gakkum dilaporkan mengalami luka di bagian kepala, sementara dua kendaraan operasional mengalami kerusakan akibat amukan massa.
Operasi gabungan ini melibatkan Balai Gakkum sebanyak 12 personel, KPH 1 tiga personel, Polisi Militer (PM) dua personel, serta Brimob empat personel. Pada pukul 10.00 WITA, tim bergerak menuju lokasi aktivitas PETI.
Di lokasi, tim mendapati satu keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak yang bertugas sebagai penjaga tenda di area tambang. Tidak ditemukan aktivitas penambangan saat itu, namun tim menemukan sejumlah barang bukti di antaranya solar, genset, alkon, kapur, terpal, beberapa tenda, serta dua unit ekskavator yang disembunyikan di balik semak.
Tim kemudian memusnahkan barang bukti berupa solar dan membuka terpal penutup tenda. Barang bukti lain seperti genset dan alkon diamankan untuk dibawa ke tempat peristirahatan.
Namun, saat hendak meninggalkan kawasan pada pagi hari berikutnya, tim mendapat laporan adanya puluhan warga yang berkumpul di depan rumah Erfan, diduga pemilik aktivitas PETI sekaligus pengendali akses keluar-masuk lokasi.
Sekitar pukul 09.00 WITA, saat tim mencoba berdialog, situasi tiba-tiba memanas hingga terjadi kericuhan. Dalam insiden itu, satu anggota Balai Gakkum mengalami luka di bagian kepala dan langsung dilarikan ke rumah sakit oleh rekan-rekannya. Dua kendaraan tim juga dirusak massa dengan cara merobek seluruh ban dan memecahkan kaca depan.
Kericuhan berlangsung hingga pukul 12.00 WITA sebelum akhirnya mereda. Sekitar pukul 12.30 WITA, tim gabungan memutuskan meninggalkan lokasi dengan berjalan kaki menuju jalan Trans Sulawesi, di mana mereka dijemput kendaraan untuk kembali ke titik kumpul.
Peristiwa ini menambah daftar panjang tantangan aparat penegak hukum dalam menertibkan aktivitas PETI di wilayah Bolaang Mongondow yang selama ini marak terjadi di kawasan hutan produksi.
(Elin P)*