MINAHASA – Universitas Negeri Manado (Unima) kembali mencatat sejarah penting dalam perjalanan akademiknya. Melalui sidang senat terbuka yang digelar dengan khidmat di Training Center Unima, Selasa (23/9/2025), Rektor Unima, Dr. Joseph Philip Kambey, SE, Ak, MBA., secara resmi mengukuhkan empat guru besar baru. Salah satunya adalah Prof. Dr. Rolly Robert Oroh, S.P., MT., yang dipercaya mengemban jabatan akademik tertinggi dalam Bidang Ilmu Pembelajaran Kejuruan di Fakultas Teknik.
Pengukuhan ini menjadi bagian dari upaya Unima memperkuat kapasitas keilmuan dan riset di berbagai bidang, sekaligus memberikan kontribusi nyata terhadap pembangunan bangsa, khususnya dalam ranah pendidikan kejuruan. Bagi Prof. Oroh, pencapaian ini bukan hanya prestasi akademik pribadi, melainkan juga amanah besar untuk menghadirkan solusi bagi berbagai persoalan pendidikan vokasi di Indonesia.
Dalam orasi ilmiahnya bertajuk “Relevansi Pendidikan Kejuruan: Suatu Analisis Keterampilan Kerja Siswa dan Kebutuhan Industri Jasa Konstruksi”, Prof. Oroh menyampaikan pandangan kritis dan komprehensif mengenai peran strategis pendidikan kejuruan. Menurutnya, pendidikan kejuruan merupakan salah satu model pendidikan yang dirancang untuk menghasilkan sumber daya manusia yang terampil, kompeten, dan siap kerja.
“Pendidikan kejuruan memiliki fungsi utama membina serta membekali peserta didik dengan kompetensi sesuai bidang keahlian yang mereka pilih. Hal ini menjadi jembatan penghubung antara dunia pendidikan dengan dunia kerja,” jelas Prof. Oroh.
Namun, ia juga menekankan bahwa implementasi pendidikan kejuruan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, terutama dalam menjaga relevansi antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan nyata dunia usaha dan industri.
Prof. Oroh menguraikan bahwa hingga kini, pendidikan kejuruan di Indonesia lebih banyak berlandaskan pada Prosser’s Sixteen Theorems, yang membedakannya dari pendidikan umum. Jika pendidikan umum menekankan pada persiapan hidup yang lebih baik, maka pendidikan kejuruan menitikberatkan pada persiapan bekerja dengan baik.
Meski demikian, hasil evaluasi menunjukkan masih ada kesenjangan signifikan. Salah satunya tampak pada mekanisme ujian kompetensi keterampilan. Menurutnya, format ujian yang disusun sepenuhnya oleh pihak sekolah tanpa melibatkan dunia industri sering kali menyebabkan lulusan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
“Seharusnya pihak sekolah dan industri bersama-sama menyusun instrumen uji kompetensi agar relevansi keterampilan siswa dengan kebutuhan lapangan kerja dapat benar-benar terjamin,” tegasnya.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, Prof. Oroh menegaskan bahwa tingkat pengangguran terbuka masih didominasi oleh lulusan pendidikan kejuruan dengan angka 10,38 persen, tertinggi dibanding lulusan jenis pendidikan lainnya.
Di sisi lain, sektor konstruksi yang seharusnya menyerap tenaga kerja lulusan SMK justru masih mengalami keterbatasan dalam mendapatkan SDM yang benar-benar kompeten. Padahal, kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional mencapai 10,24 persen pada tahun 2020, dengan dominasi tenaga kerja dari lulusan pendidikan menengah kejuruan dan sederajat sebanyak 70 persen (Kementerian PUPR, 2021).
“Ironisnya, meskipun sektor konstruksi sangat membutuhkan tenaga kerja, banyak lulusan SMK yang tidak terserap karena keterampilan yang mereka miliki belum sepenuhnya relevan dengan kebutuhan industri,” ujar Prof. Oroh.
Sebagai jawaban atas tantangan tersebut, Prof. Oroh menekankan pentingnya penerapan pendidikan berbasis kompetensi (competency-based education). Konsep ini mengarahkan pembelajaran pada pencapaian hasil akhir berupa keterampilan nyata yang bisa diukur sesuai standar industri.
“Kompetensi bukan hanya penguasaan teori, tetapi kemampuan nyata untuk menghasilkan luaran kerja yang sesuai standar dunia industri. Inilah yang akan membuat pendidikan kejuruan benar-benar berfungsi sebagai jembatan antara dunia pendidikan dan dunia kerja,” jelasnya.
Lebih lanjut, Prof. Oroh menekankan bahwa kolaborasi formal antara sekolah dan industri harus diperkuat, baik dalam penyusunan kurikulum, pengembangan instrumen uji keterampilan, maupun penempatan siswa dalam program magang. Dengan pola seperti ini, lulusan pendidikan kejuruan diharapkan tidak hanya memahami pekerjaan, tetapi juga mampu melakukannya sesuai standar kerja nasional.
Dalam paparannya, Prof. Oroh juga menyoroti pentingnya sektor konstruksi dalam pembangunan nasional. Industri jasa konstruksi, menurutnya, merupakan salah satu penyumbang terbesar pendapatan negara dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang relatif tinggi.
“Keberhasilan proyek konstruksi sangat ditentukan oleh keberadaan tenaga kerja yang terampil dan terlatih. Karena itu, pendidikan kejuruan harus memastikan lulusannya memiliki keterampilan kerja yang relevan dengan kebutuhan lapangan,” tambahnya.
Ia mengingatkan, jika kolaborasi pendidikan vokasi dengan industri konstruksi diperkuat, maka lulusan SMK akan lebih cepat terserap, tingkat pengangguran berkurang, dan daya saing bangsa meningkat.
Di akhir orasinya, Prof. Oroh tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada berbagai pihak yang mendukung pencapaiannya. Dengan penuh haru, ia menegaskan bahwa jabatan akademik guru besar adalah anugerah besar dari Tuhan.
“Apa yang saya capai hari ini bukan semata kemampuan saya sendiri, melainkan berkat kasih karunia Tuhan Yesus Kristus dan dukungan keluarga, sahabat, serta rekan kerja,” ungkapnya.
Ia memberikan penghargaan khusus kepada istri tercinta, Greesje Meiffye Emlie Sumakul, S.Pd., serta anak-anaknya Rommy Jeremy Oroh dan Jire Liefy Brilliant Oroh, yang senantiasa mendukung dengan kesabaran dan doa. Ia juga mengenang peran besar kedua orang tuanya, almarhum Robby Oroh dan Lientje Ratag, yang menjadi sumber semangat dan inspirasi.
Tak lupa, Prof. Oroh menyampaikan apresiasi kepada Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., Rektor Unima, jajaran senat, dekan Fakultas Teknik, serta seluruh civitas akademika yang telah membantu dan mendorong proses hingga dirinya resmi menyandang gelar profesor.
Acara pengukuhan ini dihadiri oleh jajaran senat Unima, para guru besar, pimpinan fakultas, kepala biro, staf, serta keluarga besar Prof. Oroh. Kehadiran mereka menambah kekhidmatan suasana, menjadikan pengukuhan ini bukan hanya perayaan pribadi, tetapi juga momentum kelembagaan bagi Unima dalam meneguhkan perannya sebagai perguruan tinggi yang terus melahirkan pemikir, peneliti, dan inovator untuk bangsa.
Dengan bertambahnya guru besar baru, Unima berharap semakin mampu memperkuat tradisi akademik, memperluas jejaring kerja sama dengan dunia industri, serta melahirkan generasi muda yang kompeten, terampil, dan siap menghadapi tantangan zaman. (Abner)

