Skip to content

  • Home
  • Sulut
    • Pemprov
    • Manado
    • Minahasa
    • Minut
    • Minsel
  • Hukrim
  • Ekonomi
  • Kesehatan
  • Olah raga
  • Parlemen
  • Politik
  • Bawaslu/KPU
  • Politik
  • Unima

Catatan Kritis atas Pola Berjejaring Masyarakat Masa Kini

admin, 18/06/202325/06/2023

Medio 2014, penulis pernah merilis sebuah refleksi berjudul: Gugat Kerukunan Kita!. Refleksi tersebut mengurai sebuah bentuk pola pikir kritis yang berangkat dari praktek masyarakat masa itu, yang tampak tidak lagi akur, tidak mempraktekkan sikap rukun, dan karena itu harus digugat kerukunan yang dikenal selama ini di Sulawesi Utara.

Beberapa waktu yang lalu, masyarakat juga disuguhkan oleh beberapa konten video yang diunggah di berbagai media sosial, di mana ada orang yang mengata-ngatai sesama suku lain, dan bahkan mencaci maki suku lain itu.

Teranyar orang tersebut telah diproses oleh yang berwajib. Kendati demikian, apapun itu, penulis merasa bahwa terdapat sesuatu yang tidak beres dalam pola pikir, dan pola laku/tindak masyarakat yang saat ini berada dalam era masyarakat jaringan.

Masyarakat jaringan secara sederhana dapat dikatakan sebagai struktur sosial masyarakat yang berbasis pada teknologi komunikasi dan informasi yang dijalankan oleh jaringan, yang bersumber pada jaringan komputer digital di mana didalamnya ada proses produksi dan distribusi informasi, di atas pengetahuan yang terhimpun pada pusat jaringan. (Ohoiwutun, 2020: 101).
Dalam masyarakat jaringan tercipta keterkaitan orang dalam suatu jalinan kepentingan bersama yang melampaui batas-batas seperti negara, daerah, etnis dan lain sebagainya.

Baca : https://malang-post.com/2021/02/28/memahami-masyarakat-jaringan/

Arti sederhannya dalam praksis kita adalah bahwa semua hal yang dilakukan tentu bisa tanpa pertemuan langsung, tanpa interaksi ‘man to man’, namun dengan cepat, mudah dan secara ‘real time’, bisa diketahui oleh sesama di belahan dunia lain. Itu tentu merupakan wujud kemudahan masyarakat, dalam budaya masyarakat jaringan, namun kemudahan tersebut justru menyebabkan tidak adanya batas antara satu dengan yang lain, dan lebih parah lagi semua hal yang disinyalir melanggar etika publik, tidak terpikirkan oleh oknum (baca kreator) penyedia informasi, sebelum dipublikasikan.

Post Views: 885
Pages: 1 2
Opini

Navigasi pos

Previous post
Next post

Berita Terkini

  • Kuliah Tamu Program Magister Administrasi Negara FISH Unima Hadirkan Ketua IAPA, Vanda Sarundajang Tekankan Penguatan Diskursus Akademik
  • Sekda Minahasa Buka FGD Pemutakhiran RPKP Kawasan Mapalus Langowan Barat
  • Bupati dan Wakil Bupati Minahasa Resmi Buka RAKORWASDA 2025 di Yama Resort
  • Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Lolak Berkomitmen Hapus Segala Bentuk Sumbangan, Aktivis Apresiasi dan Dorong Sekolah Lain Ikut Aturan Nasional
  • Bupati Minahasa Tegaskan Pakta Integritas Bukan Sekadar Tanda Tangan
©2025 | WordPress Theme by SuperbThemes
Go to mobile version