MINAHASA – Tiga akademisi Universitas Negeri Manado (Unima) dari lintas jurusan bersinergi mendorong inovasi pertanian berkelanjutan di Kabupaten Minahasa.
Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), yang dimpimpin oleh Dr. Utari Satiman, SP, M.Si. (Dosen Pendidikan Biologi FMIPAK), bersama dua anggotanya yakni Dr. Jovialine Albertine Rungkat, S.Pd., M.Si. (Dosen Pendidikan IPA Unima), dan Dr. Johan Reimon Batmetan, S.Pd., MT. (Dosen Pendidikan TIK FATEK Unima), hadir langsung di tengah masyarakat Desa Kayuuwi, Kecamatan Kawangkoan, Kabupaten Minahasa.
Jawaban Ilmiah atas Persoalan Pertanian
Kegiatan ini bertujuan menjawab tiga persoalan mendasar yang dihadapi Kelompok Tani “Berkat” Desa Kayuuwi: rendahnya pengetahuan tentang pupuk organik, belum adanya keterampilan teknis dalam mengolah limbah, serta kurangnya pemanfaatan teknologi sederhana dalam aktivitas pertanian.
Dari Teori ke Aksi Nyata
Tim PKM Unima tidak hanya memberikan penyuluhan, tetapi juga pelatihan praktis. Para petani dilibatkan langsung dalam proses pembuatan pupuk padat, mulai dari pencacahan bahan organik menggunakan mesin sederhana, fermentasi, hingga pengemasan. Kegiatan ini juga dilengkapi evaluasi melalui pre-test dan post-test.
Kampus Berdampak, Masyarakat Mandiri
Program ini sejalan dengan semangat “Kampus Berdampak” yang diusung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta mendukung visi Rektor Unima, Dr. Joseph Kambey, SE., Ak., MBA., untuk menjadikan Unima sebagai kampus unggul, mandiri, kompetitif, dan enterpreneurial.
Harapan untuk Masa Depan
“Dengan keterampilan baru ini, para petani kini lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan pupuk organik, bahkan punya peluang membuka usaha kecil berbasis pertanian berkelanjutan,” ungkap Utari, saat dihubungi Karyamedia.com, Jumat (01/08/2025).
Program PKM ini menjadi contoh nyata sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat dalam menciptakan solusi konkret berbasis sains, teknologi, dan kearifan lokal. (Abner)

